Nuklir, Kesehatan, dan Radioisotop Part 3


Radioisotop adalah bahan yang tidak bisa dipisahkan dengan kedokteran nulir. Dengan radioisotop, organ-organ di dalam badan bisa dilihat secara berwarna dan tiga dimensi. Ini sudah beda dengan radiologi yang hanya bisa hitam putih dan dua dimensi. Maka, pemeriksaan melalui MRI, CT, kamera gamma, serta operasi yang menggunakan pisau gamma mutlak memerlukan radioisotop. Namun sayangnya, pada tahun 2010, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) melarang pengayaan uranium tingkat tinggi untuk produksi radioisotop, karena ditakutkan akan disalahgunakan dan dibuat senjata nuklir. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan produksi radioisotop gulung tikar.
Tapi Indonesia memiliki seorang ilmuan jenius bernama Ir. Yudiutomo Imardjoko, M.Sc., Ph.D., bersama sahabatnya Dr. Ing. Kusnanto berhasil menemukan teknik baru pengayaan uranium tingkat rendah untuk produksi radioisotop. Temuan tersebut kemudian dipraktikkan dan tahun 2011 Indonesia berhasil memproduksi radioisotop sendiri melalui PT. BatanTek. Hingga saat ini, hanya ada 8 negara yang memproduksi radioisotop untuk keperluan medis. Di antaranya Indonesia, Kanada, Australia, Belgia, Belanda, dan Hungaria. Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia yang bisa memproduksi radioisotop sendiri, dan diharapkan produksi Indonesia ini tidak hanya menguasai Asia, tetapi juga Dunia.

Dimas Muhammadin Pramestu
Teknik Fisika UGM

@dimzlolo
@Ukesma_UGM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang Bangka vs Orang Kota

Laporan Praktikum Fisika

Pengawetan Bahan Pangan Melalui Alternatif Nuklir